GpG9TSz8GSzpGfrlGSMoGpG7BY==

Menguatkan Lingkungan Belajar Kaya Literasi

 

Menguatkan Lingkungan Belajar Kaya Literasi: Kunci Menumbuhkan Minat Baca Siswa



Pendahuluan

Lingkungan belajar yang kaya literasi adalah kunci dalam menciptakan budaya membaca yang hidup di sekolah. Dalam konteks Kurikulum Merdeka dan gerakan literasi nasional, penguatan lingkungan belajar yang mendukung kegiatan literasi menjadi kebutuhan yang mendesak. Hal ini bukan hanya tentang menyediakan buku, tetapi juga bagaimana menciptakan ekosistem yang mengundang, menginspirasi, dan mendorong peserta didik untuk berinteraksi aktif dengan teks multimodal setiap hari.

Apa Itu Lingkungan Kaya Literasi?

Lingkungan kaya literasi didefinisikan sebagai ruang fisik, sosial-afektif, dan akademik yang memberi kesempatan bagi peserta didik untuk terpapar dan berinteraksi dengan berbagai bentuk teks multimodal—baik cetak maupun digital—secara rutin dan menyenangkan. (Jocson & Thorne-Wallington, 2013; Dewayani dkk., 2021).


Tiga Pilar Lingkungan Kaya Literasi

1. Lingkungan Fisik yang Kaya Literasi

Lingkungan fisik mencakup berbagai sudut sekolah yang memfasilitasi akses mudah terhadap bahan bacaan.

🟩 Contoh strategi:

  • Pojok baca di dalam kelas, lorong sekolah, kantin, atau ruang tunggu.

  • Rak buku dengan label jenjang bacaan, menampilkan sampul buku menghadap ke depan.

  • Koleksi buku cetak dan digital yang disesuaikan dengan jenjang dan minat siswa.

  • Dekorasi yang nyaman dan menyenangkan (meja, kursi, karpet, pencahayaan alami).

  • Kode QR untuk akses ke buku digital atau video cerita pendek.

📷 Contoh sudut baca sekolah (Dok. Provisi/Room to Read)

📖 Referensi:

  • Panduan Penguatan Literasi dan Numerasi, Kemdikbudristek, 2021.

  • Cara Membuat Pojok Baca Sederhana, Platform Merdeka Mengajar.


2. Lingkungan Sosial-Afektif yang Literat

Lingkungan sosial-afektif dibangun dari interaksi hangat dan suportif antarwarga sekolah, termasuk siswa, guru, kepala sekolah, staf, dan orang tua.

🟨 Ciri-ciri lingkungan sosial-afektif literat:

  • Semua warga sekolah merasa dihargai.

  • Ada penghargaan terhadap capaian literasi siswa (melalui festival, lomba, dll).

  • Guru dan orang tua bekerja sama dalam membimbing kebiasaan membaca anak.

  • Komunitas sekolah aktif merayakan literasi sepanjang tahun.

🎉 Contoh kegiatan:

  • Karnaval tokoh cerita

  • Lomba mendongeng

  • Festival buku dan karya siswa


3. Lingkungan Akademik yang Literat

Lingkungan akademik menyangkut kebijakan, program pembelajaran, dan aktivitas kelas yang mendukung keterampilan literasi peserta didik.

🟥 Strategi penguatan:

  • Pembelajaran berbasis teks multimodal (teks, gambar, audio, video)

  • Membaca nyaring oleh guru (read aloud)

  • Diskusi dan menanggapi teks dengan menulis, menggambar, bermain peran

  • Penilaian formatif yang menguatkan, bukan membebani

📘 Contoh kegiatan membaca nyaring:
Guru menggunakan buku "Ukur! Ukur!" dari letsreadasia.org untuk mengenalkan alat ukur dan literasi dasar sambil membangun keterampilan membaca.


Cara Efektif Membaca Nyaring (Read Aloud)

Salah satu strategi unggulan dalam lingkungan akademik literat adalah membaca nyaring. Aktivitas ini:

  • Meningkatkan kosakata dan pemahaman makna

  • Membangun keterampilan menyimak

  • Meningkatkan motivasi dan kesenangan membaca

📋 Tahapan membaca nyaring:

  1. Persiapan: pilih buku yang sesuai fase (A, B, C), pelajari isinya.

  2. Membaca: gunakan ekspresi suara dan mimik wajah, beri jeda untuk berdiskusi.

  3. Tindak lanjut: ajak siswa menggambar, menulis, bermain peran.

📷 Sumber: Panduan Membaca Nyaring, Kemendikbudristek


Kesimpulan

Membangun lingkungan kaya literasi bukan sekadar menyediakan buku, tapi menciptakan sistem pendukung menyeluruh di sekolah. Dengan menggabungkan pendekatan fisik, sosial-afektif, dan akademik, sekolah dapat:

  • Meningkatkan minat baca peserta didik

  • Mendorong mereka menjadi pembelajar mandiri

  • Membentuk generasi literat yang mampu berpikir kritis dan produktif

Sumber Referensi:

  • Jocson, K. M., & Thorne-Wallington, E. (2013). Mapping Literacy-Rich Environments: Geospatial Perspectives on Literacy and Education. Teachers College Record, 115(6), 1-24.

  • Dewayani, S., dkk. (2021). Panduan Penguatan Literasi dan Numerasi di Sekolah. Direktorat Jenderal PAUD, Dikdas, dan Dikmen, Kemendikbudristek.

  • Beers, K., Beers, R. E., & Smith, L. (2010). A Principal’s Guide to Literacy Instruction. Guilford Press.

Komentar0

Type above and press Enter to search.