GpG9TSz8GSzpGfrlGSMoGpG7BY==

Memahami Literasi


Memahami Literasi: Fondasi Penting untuk Peningkatan Mutu Pembelajaran


Sumber : Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi

Dalam upaya mendukung Kurikulum Merdeka, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi terus memperkuat pemahaman guru terhadap konsep literasi. Melalui pelatihan bertajuk "Pemanfaatan Buku Bacaan Bermutu untuk Literasi dan Numerasi Indonesia", para pendidik diajak merefleksi kembali makna literasi secara utuh dan aplikatif.

Mengapa Memahami Literasi Itu Penting?

Banyak satuan pendidikan yang telah menjalankan program literasi, namun hasilnya belum signifikan dalam meningkatkan kecakapan literasi peserta didik. Hal ini sering kali disebabkan oleh pemahaman yang keliru tentang konsep literasi itu sendiri. Program literasi yang kurang tepat sasaran tidak hanya membuang waktu dan tenaga, tetapi juga menghambat perkembangan keterampilan berpikir kritis siswa.

Oleh karena itu, guru perlu menata ulang pemahaman mereka terhadap literasi agar mampu menciptakan lingkungan belajar dan pembelajaran yang berdampak nyata bagi siswa.

Meluruskan Miskonsepsi tentang Literasi

Melalui diskusi kolaboratif, para peserta pelatihan diajak untuk mengkritisi beberapa pernyataan umum tentang literasi. Berikut beberapa temuan penting:

  1. Literasi bukan hanya baca-tulis.
    Literasi mencakup kemampuan memahami, menganalisis, dan merefleksikan informasi dalam berbagai bentuk, termasuk gambar, gestur, dan suara. Literasi juga mencakup kreativitas dan kemampuan menyampaikan gagasan secara terstruktur.

  2. Teks pembelajaran tidak selalu berupa teks tulis.
    Media pembelajaran sebaiknya bersifat multimodal—menggabungkan teks, gambar, suara, dan bahkan gerakan—untuk menjangkau kecerdasan majemuk siswa.

  3. Tidak semua buku bisa digunakan untuk kegiatan membaca.
    Buku harus sesuai dengan kemampuan dan minat siswa. Buku berjenjang, inklusif, serta mengandung nilai-nilai toleransi, keberagaman, dan keberlanjutan lebih berdampak dalam pembentukan karakter.

  4. Kelancaran membaca ≠ pemahaman isi bacaan.
    Seorang anak mungkin lancar membaca, namun belum tentu paham isi teks. Pemahaman makna memerlukan latihan tersendiri.

  5. Membaca bukan hanya tugas guru Bahasa Indonesia.
    Semua mata pelajaran menggunakan teks, maka semua guru perlu melatihkan keterampilan literasi dalam konteks bidangnya masing-masing.

  6. Asesmen membaca harus dilakukan secara berkala.
    Tanpa asesmen, guru tidak bisa mengidentifikasi kesulitan siswa atau menentukan intervensi yang tepat.

  7. Guru harus memodelkan strategi membaca.
    Strategi Gradual Release of Responsibility menekankan pentingnya peran guru dalam memandu siswa, mulai dari pemodelan, praktik bersama, hingga siswa mampu membaca secara mandiri.

  8. Literasi dimulai dari tahap fonetik.
    Sebelum "membaca untuk belajar", siswa harus terlebih dahulu "belajar membaca" dengan menguasai kesadaran fonem dan fonik.

Definisi Literasi Menurut Asesmen Nasional

Literasi adalah kompetensi peserta didik dalam memahami, menggunakan, mengevaluasi, dan merefleksikan berbagai jenis teks untuk menyelesaikan masalah serta mengembangkan kapasitas sebagai warga negara yang produktif, baik di tingkat lokal maupun global.

Penutup: Literasi adalah Tanggung Jawab Bersama

Pelatihan ini menekankan bahwa literasi bukan sekadar program tambahan, melainkan fondasi utama dalam membentuk pembelajaran yang bermakna. Guru diharapkan terus mengeksplorasi literasi multimodal, membangun lingkungan belajar kaya literasi, dan mengembangkan asesmen yang mendorong kecakapan literasi siswa secara berkelanjutan.

Silahkan Donwload Materi berikut 

Sumber Kementerian Pendidikan, Kebudayaan Riset dan Teknologi : Memahami Literasi

Komentar0

Type above and press Enter to search.